Jumat, 05 April 2013

kimia organik fisik


LFSR (Linear Solvation Energi Relationship)
Pengaruh LFER awalnya di kemukakan oleh Hammet yang bermaksud untuk menghitung atau mengkuantisasi pengaruh substituen dan gugus lepas pada ester terhidrolisis. Hammet merupakan pioner dalam bekerja untuk menunjukkan penggunaan prosedur parameterisasi dalam mengambarkan sifat empiris (tetapan keseimbangan, tetapan laju) dalam kaitan dengan parameter yang menjelaskan molekul (s dan r). Hubungan ini memerlukan dasar termodinamika untuk semua pekerjaan dalam QSAR dengan persamaan :
            DGo = -RT ln K = DHo –TDS
 Dengan mengasumsikan bahwa tetapan keseimbangan merupakan fungsi struktur molekul yang memberikan pengaruh DGo merupakan asumsi yang paling banyak diterapkan dalam LFER. Diskriptor klasik disusun oleh Hammet kemudian diteruskan oleh Taft, dengan mengasumsikan hubungan ini dan mereka berusaha untuk memverifikasi.
          QSAR pada dasarnya merupakan pengembangan dari pendekatan LFER, dengan cara aktivitas biologis dihubungkan dengan satu seri parameter yang mendiskripsikan struktur molekul. Yang paling dikenal dan banyak digunakan sebagai diskriptor dalam QSAR adalah LOG (Oktanol/air), koefisien partisi (biasanya diberi istilah LOG P atau LOG P[oct]). LOG P sangat bermanfaat dalam kaitannya dengan cakupan yang luas dari aktivitas karena sangat baik memoldekan perpindahan melewati hubungan darah/otak. Ketidakuntungannya, banyak regresi tidak berlaku untuk LOG P, biasanya karena munculnya pengaruh lain yang penting, seperti pengaruh sterik dan elektronik. Dengan demikian, banyak diskriptor lain digunakan dalam QSAR sebagai tambahan pada LOG P untuk mengakomodasi pengaruh penambahan ini seperti tetapan Taft Es, p, MR dan lain-lain.
            Talah banyak hasil penelitian kimia teori yang digunakan untuk menghsilkan QSAR. Ford dan Livingstone menggunakan beberapa keunggulan dari diskriptor yang diturunkan secara komputasi di luar diskriptor termodinamik yang secara khusus di gunaka dalam QSAR. Teoritikal dalam hal ini dimaksudkan untuk menyatakan (i) parameter berdasar empiris yang dapat dihitung melalui program estimasi (seperti log P) (ii) teori grafik dan indeks informasi (seperti Kier dan Hall) dan parameter berbasis orbital molekul.  

Hubungan energy bebas linier (LFER)
          Sejumlah diskriptor telah digunakan baik dalam QSAR maupun LFER, baik empiris maupun komputasi, untuk menyusun regresi yang berguna. Beberapa kesulitan adalah menentukan yang terbaik dari sejumlah besar regresi yang dihasilkan. Regresi “yang terbaik” haruslah mencakupfitting yang baik (skort, statistik F, standar deviasi, faktor inflasi varian) dan mempunyai arti kimia. Regresi korelatif yang baik dapat mengatasi kesulitan dalam menginterpretasi parameter memerlukan kapabilitas karakterisasi maupun kepandaian untuk memprediksi sifat senyawa baru atau dengan kata lain regresi mempunyai arti secara kimia. Dengan menggunakan argumen ini Kamlet dan Taft (K-T) menyusun hubungan baru yang bersifat umum untuk mempelajari LFER dari interaksi zat terlarut-pelarut. Jika dinyatakan sebagai hubungan linear energi solvasi, maka dapat dinyatakan:

Sifat =    bulk/rongga + depolaritas/polarizabilitas + keasaman ikatan hidrogen + kebasaan ikatan hydrogen
      Setiap diskriptor yang disusun oleh K-T diturunkan secara empiris. Suku rongga (cavity) biasanya menggunakan volume molar, tiga suku yang lain diturunkan secara langsung dari pergeseran spektra UV-Vis (sehingga diskriptor sering mengacu pada parameter solvatokromik). Skala para-meter baru (dipisahkan antara zat terlarut dengan pelarut) telah disusun secara terpisah oleh Abraham.
            Terdapat beberapa keunggulan dari LSER yaitu lebih dari 250 sifat dasar zat terlarut/pelarut telah dihubungkan dengan menggunakan skala parameter K-T atau Abraham. Hubungan ini bergantung pada sifat fisika yang sederhana ke aktivitas biologis yang sangat kompleks yang mempunyai ke-mampuan parameter umum (semua regresi menggunakan parameter yang sama), dapat dibandingkan dengan persa-maan regresi dengan mudah dan berpengaruh terhadap mekanismenya.
Hansch menggunakan pendekatan ini untuk mempelajari senyawa 256 senyawa 4,6-diamino-1,2-dihidro-2,3-dime-til-1-(X-fenil)-s-triazina yang mempunyai aktivitas sebagai anti tumor dihidrofolat reduktase. Telah dibuktikan bahwa 244 senyawa aktivitasnya dapat berkorelasi dengan kehadiran gugus hidrofobik pada posisi tiga dan empat dari cincin N-fenil. Parameter yang digunakan untuk menurunkan korelasi ini adalah tetapan hidrofobik (p) dan tetapan refraktivitas molar (MR) untuk posisi para dan meta cincin N-fenil dan 6 indikator variabel I1-I6 yang digunakan untuk menandai kehadiran (harga 1) atau ketidakhadiran (harga 0) dari gambaran struktural. Persamaan yang diformulasikan dari data ini menggunakan azas kuadrat terkecil.
log 1/[C] = 0,680 (3) – 0,118 (3)2 + 0,230(MR4) -0,024(MR4)2 + 0,238(I1)-2,530(I2) – 1,991(I3) + 0,877(I4) + 0,686(I5) + 0,704 (I6) + 6,489
n = 244, r = 0,923, s = 0,377
 Gambar 7.6  Kerangka senyawa model dan persamaan QSAR dari Hansch
Harga optimum MR4 (4,7) dan 3 (2,9) didapatkan dari turunan parsial dari persamaan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah senyawa dalam kumpulan data telah direduksi menjadi 244. Hansch dan Silipo melaporkan peningkatan harga r dan s dengan menghilangkan 12 senyawa yang tidak dapat diprediksi dengan aktor 10 atau lebih.
Jika terdapat keterbatasan penggunaan Hansch, hal ini masih memungkinkan sistem biologi yang kompleks dapat dimodelkan secara sukses menggunakan parameter sederhana. Pendekatan telah berhasil diterapkan dalam memprediksi pengaruh substituen dalam sejumlah besar uji biologis. Masalah utama dengan pendekatan ini adalah jumlah besar senyawa diperlukan untuk mengeksplorasi secara cukup semua kombinasi struktur molekul. Metode analisis tidak meminjamkan mereka sendiri untuk penjelasan pengaruh konformasi. Beberapa peneliti telah mempublikasikan artikel dalam rangka memperluas dasar dari pendekatan Hansch.
Hammet mengamati adanya hubungan linear energi bebas (LFER) antara log konstanta laju relatif hidrolisis ester benzoat dengan log konstanta relatif ionisasi asam benzoat.                           
log (kx /kH ) = log (Kx /KH ) = rs
r(rho), menurut Hammet adalah konstanta reaksi dan untuk ionisasi asam benzoat, r bernilai 1. bagian ini ada dengan lengkap di bab Linear Free Energy Relationship (LFER) di kuliah kimia organik fisik.
Selain parameter di atas, banyak juga sifat-sifat fisika kimia yang dimasukkan ke dalam qsar antara lain : densitas, energi ionisasi, perubahan entalpi penguapan dan pelarutan, titik didih, indeks refraktory, momen dipol, potensial reduksi dan parameter lipofilisitas. Semua ini adalah sifat fisika yang dapat diukur. Kemudian untuk sifat kimianya : energi HOMO, polarisabilitas, volume molekular, vdW surface area, muatan atom dll.
Persamaan Hamment
Suatu reaksi polar terjadi karena interaksi antara sebuah nukleofil dengan sebuahelektrofil. Kekuatan interaksi dan affinitas reaksi tersebut umumnya dikuasai olehkekuatan nukleofil dan elektrofil pereaksi. Gugus substituen yang tidak mengalamireaksi namum berlokasi di dekat pusat reaksi mengganggu kekuatan tersebut melaluipenarikan elektron atau penyumbangan elektron. Substituen pemberi elektronmeningkatkan kekuatan nukleofil (kebasaan) dan menurunkan kekuatan elektrofil(keasaman); hal yang sebaliknya terjadi pada substituen penarik elektron yang akanmeningkatkan kekuatan elektrofil dan menurunkan kekuatan nukleofil pereaksi.
Pada tahun 1937 Hammett mengusulkan suatu hubungan kuantitatif untuk menghitung pengaruh substituen terhadap reaktivitas molekul, hubungan ini disebutpersamaan Hammett.
            log k / ko = σ ρ
Dengan  k = tetapan hidrolisis ester tersubstitusi meta atau para
Ko = tetapan hidrolisis yang bekaitan dengan senyawa tak tersubstitusi
σ = tetapan substituen
ρ = tetapan reaksi
Persamaan ini menggambarkan pengaruh substituen polar posisi meta atau paraterhadap sisi reaksi turunan benzena. Persamaan Hammet tidak berlaku untuk substituenpada posisi orto karena adanya efek sterik, dan juga terhadap turunan alifatik karenapelintiran rantai karbon dapat menimbulkan aksi sterik.
Suatu alur log k/ko lawan σ adalah linier, dan kemiringannya adalah ρ Tetapan substituent σ ditetapkan denganPersamaan:
      σ log = k/ko
Dengan Ko menyatakan tetapan ionisasi asam benzoat, dan K adalah tetapan ionisasiturunan asam benzoat.
Persamaan Hammet yang telah mengalami perluasan tertentu telah diusulkan .Jaffe menyelidiki sifat penambahan lebih daripada satu gugus kepada cincin aromatik.Jaffe menemukan bahwa nilai σ untuk berbagai gugus dapat dijumlahkan dan hubunganberikut memberikan hasil yang baik.
log k/ko = pΣσ
Dengan berarti jumlah Σσ nilai-nilai σ dari semua gugus.
Bagi senyawa yang mengandung lebih dari satu cincin benzena,Persamaan 3.4berikut ini dapat digunakan untuk menghubungkan hasil-hasil tersebut
log k/ko = npσ
Di dalam sistem alifatik kaku seperti asam 4-substituen bisiklo[2,2,2]oktan-1-karboksilat (22),substituen-substituen juga mengikuti persamanaan Hammett meskipundengan kumpulan nilai σ yang berbeda, digambarkan dengan σ1. Nilai σ1menyatakanefek elektrik substituen yang terikat pada atom karbon hibridasi sp3karena efek iniditeruskan elektron σ.
Persamaan Hammett terbukti paling sukses digunakan untuk hubungan kuantitatif antara struktur-struktur senyawa dengan kesetimbangan atau kecepatan reaksi. Akantetapi teramati pula adanya penyimpangan dari persaman tersebut. Telah ditemukanadanya grafik antara logaritme tetapan kecepatan reaksi lawan σ yang non-linear,diperoleh dari reaksi klorinasi dengan nitrasi benzena tersubstitusi, dan reaksi benzilhalida dengan amina. Tetapan kecepatan reaksi solvolisis meta-substitusi fenildimetilkarbinil klorida memberikan grafik linier terhadap tetapan σ, tetapi para-substituen menyimpang dari linearitas. Alasan yang paling penting untuk deviasi iniadalahinteraksi resonansi antara substituen dengan pusat reaksi.
Nilai σ yang berbeda diperlukan untuk menghubungkan reaktivitas substituendalam reaksi. Brown dkk. mengusulkan tetapan substituen baru (disimbol σ +) yangbedasarkan pada solvolisis fenilmetilkarbinil klorida sebagai reaksi pembanding. Persamaan Hammet termodifikasi tersebut dinyatatakan sebagai berikut:  
    log k/ko=+



Menggunakan diskriptor teoritis dalam QSAR dan LFER
          Hal yang penting dalam kimia adalah konsep yang mengatakan adanya hubungan antara sifatbulk dari senyawa dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Hal ini penting dalam hubungan antara sifat materi secara makroskopis dengan mikroskopis dan telah menjadi dasar berfikir kimia untuk waktu yang lama (misalnya senyawa dengan gugus karbonil diketahui bersifat asam, mempunyai rasa masam, membentuk warna merah dengan lakmus dan terne-tralkan oleh basa). Hal ini juga merupakan landasan berfikir untuk mengidentifikasi hubungan antara struktur molekul dengan aktivitas/sifat.
          Ada dua pendekatan yang tersedia untuk menentukan sifat fisika dan kimia. Yang pertana adalah secara langsung menghitung melalui penerapan metode mekanika kuantum dan mekanika klasik. Walaupun jumlah sifat yang dihasilkan dengan cara ini berkembang pesat, tetapi data tersebut masih cukup terbatas terutama pada keterbatasan besarnya molekul yang dianalisis. Pendekatan kedua adalah  penggunaan hu-bungan energi bebas linear (Linear Free Energy Relationship, LFER) dan hubungan kuantitatif aktivitas/sifat (Quantitative Structure Activity/Property Relationships, QSAR/QSPR) yang lebih bersifat empiris sehingga memerlukan data eksperimen sebagai himpunan penguji. Metode ini ternyata lebih fleksibel untuk menghitung sifat fisik, kimia dan biologis. Sampai sekarang, hubungan QSAR dan LFER paling banyak menggunakan diskriptor berdasar empiris walaupun literatur dipenuhi dengan contoh QSAR/LFER dengan diskriptor yang diturunkan secara komputasi.

Pengertian tetepan substituent σx
Pendekatan alternatif untuk mendesain senyawa diusulkan untuk mengatasi masalah kombinatorial yang ditemui pada analisis Hansch. Free dan Wilson menggunakan sederet tetapan substituen yang berhubungan dengan aktivitas biologi untuk keberadaan gugus fungsional spesifik pada lokasi spesifik pada molekul sejenis. Hubungan antara aktivitas biologis dan keberadaan atau hilangnya substituen dinyatakan dengan persamaan berikut:
A didefinisikan sebagai rerata aktivitas biologis untuk seri senyawa, Gij memberikan kontribusi pada aktivitas gugus fungsional i pada posisi ke-j dan Xij menyatakan keberadaan (1,0) atau hilangnya (0,0) dari gugus fungsi i dalam posisi ke-j.
Prosedur yang digunakan pada persamaan di atas dalam membuat matrik untuk seri dan menyatakan matrik ini sebagai satu seri persamaan. Tetapan substituen kemudian diturunkan untuk setiap gugus fungsi pada setiap posisi. Test statistik digunakan untuk memprediksi aktivitas dari senyawa yang tidak dibuat. Secara umum, jika jumlah yang besar dari senyawa diperlukan untuk mendapatkan pengaruh kenampakan dari banyak substituen, pendekatan Free-Wilson secara substansial tereduksi sejumlah analog yang diperlukan. Namun demikian, metode ini mensyaratkan adanya pengaruh substutuen yang bersifat aditif.
Pada tahun 1972, John Topliss mempublikasikan paper yang menjelaskan secara detail metodologi untuk pendekatan Hansch. Metode ini mengasumsikan bahwa senyawa sederhana yang penting mengandung paling tidak satu cincin fenil yang dapat berfungsi sebagai template untuk modifikasi gugus fungsional. Modifikasi pertama pada kerangka telah dibuat pada turunan para-kloro untuk menguji lipofilisitas. Penam-bahan contoh substitusi membuat secara sekuensial usaha untuk menyelidiki dan mengoptimasi hubungan antara aktivitas dan hidrofobik dengan sifat elektronik molekul. Jika pendekatan Topliss mudah diikuti, ada beberapa penggam-baran ulang. Masalah utama adalah bahwa prosedur tidak dapat diaplikasikan pada semua kajian dan terdapat derajat yang tinggi dari resiko yang terasosiasi dengan pengguna-annya. Hal ini secara esensial menghilangkan kebolehjadian interaksi antara substituen sebagai perubahannya satu substituen pada suatu waktu.
Pengaruh substitusi terhadap reaktivitas
Pengaruh X dapat mempengaruhi reaksi substitusi elektrofilik karena substituen tersebut dapat mengaktivasi atau mendeaktivasi cincin benzen
Ø  X mengaktivasi cincin : reaksi substitusi kedua terjadi lebih cepat disbanding substitusi pertama.
Ø  X mendeaktivasi cincin: reaksi substitusi kedua terjadi lebih lambat dari pada substitusi pertama.
Suatu substitusi akan mengaktivasi atau mendeaktivasi cincin benzene: tergantung pada sifat substituent tersebut.











DAFTAR PUSTAKA
Grossman, R.,B., 2002. The Art of Writing Reasonable Organic Reaction Mechanisms. Second Edition. Springer: New York
Hart, Harold. 2004. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
H. Pine, Stanley dkk.1998. Kimia Organik 2 Edisi ke-4. Bandung. ITB
Parnowo, Harno D. 2007.  Kimia Organik Fisik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Sykes, Peter. 1986. A Guidbook to Mechanism in Organic Chemistry. Longman 6 th Editien Chapter 13.






kimia unsur golongan VI A Te, Po, dan Uuh


Golongan VI A Te, Po,Uuh
 (Telurium, Polonium, Ununheksium)
Golongan VIA atau yang biasa disebut dengan golongan kalkogen terdiri dari oksigen, sulfur, selenium, telerium, polonium dan ununheksium. Pada golongan VIA ini seperti halnya dengan golongan yang lain setiap unsurnya memiliki  sifat kimia, sifat fisika serta kegunaan yang berbeda. Dengan mempelajari sifat-sifat tiap unsur tersebut, maka kita akan memperoleh pengetahuan mengenai pembentukan suatu senyawa. Selain itu untuk keberadaannya di alam sangat bermacam-macam yakni ada yang melimpah di alam dan ada pula yang langka misalnya selenium, tellurium dan Ununheksium (Keenan dkk, 1984:265).
Unsur golongan VIA terdiri dari tiga buah unsur nonlogam (oksigen, belerang, dan selenium), dua buah unsur metalloid (tellurium dan polonium) serta sebuah unsur logam (ununheksium). Adapun yang dimaksud metaloid menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani: “metallon” - logam, dan “eidos” – mirip, sehingga metaloid adalah kelompok unsur kimia yang memiliki sifat antara logam dan non-logam. Unsur metaloid sulit dibedakan dengan unsur logam, perbedaan utamanya yakni umumnya metaloid adalah semikonduktor sedangkan logam adalah konduktor. Bahan yang bersifat semikonduktor ini tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik pada suhu yang rendah, tetapi sifat hantaran listriknya menjadi lebih baik ketika suhunya lebih tinggi (Anynomous4, 2010).
Beberapa sifat-sifat metaloid yaitu lebih rapuh dari pada logam, kurang rapuh dibandingkan dengan non logam, beberapa metaloid berkilauan seperti logam, dan berbentuk padat keperakan. Ada delapan unsur yang dikelompokkan sebagai metaloid, yaitu boron (B), silikon (Si), germanium (Ge), arsen (As), antimon (Sb), telurium (Te), polonium (Po), dan astatin (At). Dalam tabel periodik, metaloid membentuk garis diagonal dari boron ke polonium. Unsur-unsur di kanan atas garis ini termasuk non-logam sedangkan yang berada di kiri bawah adalah logam (Anynomous4, 2010).
Oleh karena itu pada golongan VIA  terdiri dari unsur-unsur logam, metalloid, dan non logam, sehingga perbedaan sifat tersebut menyebabkan titik leleh cenderung meningkat dari atas ke bawah meskipun tidak teratur. Kecuali Oksigen, unsur-unsur segolongannya mempunyai bilangan oksidasi genap +6, +4, +2, -2 dan membentuk ikatan kovalen.



Sifat fisika golongan VIA
Tabel 2.1 Sifat fisika dalam golongan VIA di tunjukan sebagai berikut :
Sifat keperiodikan
O
S
Se
Te
Po
Uuh
Nomor atom
8
16
34
52
84
116
Konfigurasi elektron
[He] 2s2
[Ne] 3s2
[Ar] 3d10
[Kr] 4d10
[Xe] 4f14
[Rn] 5f14
Valensi
2p4
3p4
4s2  4p4
5s2  5p4
5d10 6s2 6p4
6d10 7s2 7p4
Jenis
Nonlogam
Nonlogam
Nonlogam
Metaloid
Metaloid
Dugaan Logam
Wujud (25oC)
Gas
Padatan
Padatan
Padatan
Padatan
Dugaan padat di 298 K
Densitas (g/cm3) pada 20oC
0,001429
2,07
4,79
6,24
9,4
Belum diketahui
Titik leleh (oC)
-218,4
115,21
217
449,5
254
Belum diketahui
Titik didih (oC)
-182,7
444,6
684
989,9
962
Belum diketahui
Jari-jari atom (pm)
65
109
122
142
153
Belum diketahui
Energi ionisasi pertama (kJ/mol)
1.314
999
941
889
812
Belum diketahui
Energi ionisasi kedua (kJ/mol)
3.387
2.250
2.044
1.798
8.42
Belum diketahui
elektronegativitas
3,44
2,58
2,55
2,1
2,0
Belum diketahui

1.      Telurium (Te)
1.1  Sejarah
Telurium dari bahasa Latin: tellus yang artinya “bumi” , ditemukan pada tahun 1782 oleh Franz-Joseph Muller von Reichenstein yang berkebangsaan Hungaria di Romania. Kemudian Pada tahun 1798, diberi nama “telurium” oleh Martin Heinrich Klaproth yang telah berhasil mengisolasinya (Anynomous1, 2008).

1.2  Sumber dan Kelimpahan
Dibumi kelimpahan Tellurium sangat sedikit dan jarang, sebab hanya terdapat dengan konsentrasi yang rendah.Telurium lebih sering  ditemukan di alam sebagai senyawa tellurida darih emas (kalaverit), dan terkadang bergabung dengan logam lainnya. Telurium juga didapatkan secara komersil dari lumpur anoda yang dihasilkan selama proses pemurnian elektrolisis tembaga panas. Amerika Serikat, Kanada, Peru dan Jepang  adalah penghasil terbesar unsur ini. Kelimpahan unsur Se, Te, dan Po sangatlah langka.
Tabel 2.2 Kelimpahan unsur-unsur di kulit bumi, (by weight)
Unsur
Ppm
Kelimpahan relatif
O
S
Se
Te
Po
455000
340
0,05
0,001
Sedikit
1
16
8
74
-

Ada 30 isotop telurium yang telah dikenali, dengan massa atom berkisar antara 108 hingga 137. Dimana Telurium di alam hanya terdiri dari delapan isotop. Telurium dan senyawanya kemungkinan beracun dan harus ditangani dengan hati-hati. Hanya boleh terpapar dengan telurium dengan konsentrasi serendah 0.01 mg/m3, atau lebih rendah, dan pada konsentrasi ini telurium memiliki bau khas yang menyerupai bau bawang putih (Cotton,2007: 362).   
1.3 Karakteristik  Telurium
Telurium memiliki warna putih keperak-perakan, dalam keadaan murninya menunjukkan kilau logam, biasanya terbentuk dengan warna abu-abu gelap dan bersifat semi-logam (metaloid). Cukup rapuh, agak beracun dan bisa dihaluskan dengan mudah. Telurium amorf ditemukan pada pengendapan telurium dari larutan asam tellurat. Telurium adalah sebuah semikonduktor yang memiliki konduktivitas listrik sedikit meningkat bila terkena cahaya (fotokonduktivitas). Bentuk dari senyawa ini masih dipertanyakan, amorf atau terbentuk dari kristal. Ketika dalam keadaan cair Teluriium bersifat korosif terhadap perak, tembaga, emas, timah dan unsur lainnya. Bila dipanasi di udara, telurium terbakar dengan nyala biru kehijau-hijauan, membentuk senyawa dioksida (TeO2) (Lestari S.T. 2004:77).



1.4     Sifat kimia dan fisika
 


Simbol                         : Te
Nomor Atom               : 52
Massa atom                 : 127.60 g/mol
Titik Lebur                  : 722.66 K, 449.51 °C, 841.12 °F
Massa Jenis                 : 6.24 g/cm3
Elektronegativitas        : 2.1 (skala Pauling)
Konfigurasi Elektron   : [Kr] 4d10 5s2 5p4
Titik Didih                   : 1261 K, 989,9 °C, 1810 °F
Elemen Klasifikasi      : Metaloid
Bilangan oksidasi        : +2, +4 dan +6
Warna                          : Putih Keperak-perakan
Struktur Kristal            : Heksagonal

1.5 Ikatan
Telurium mempunyai keelektronegatifan yang lebih rendah daripada oksigen yaitu sebesar 2.1, yang berarti bahwa senyawaannya mempunyai sifat kurang ionik. Kestabilan relatif ikatannya kepada unsur lain juga berbeda. Telurium memiliki ikatan kovalen (kJ mol-1), yaitu:
1.                   Te-H                240
2.                   Te-O                268
3.                   Te-F                335
4.                   Te-Cl               251
5.                   Te-Te              235

1.6  Struktur Kristal
Struktur
Heksagonal
a = 445.72 pm
b = 445.72 pm
c = 592.9 pm
α = 90°
β = 90°
γ = 120°

Atom S [Ne] 3s² 3p4, Se [Ar] 3d10 4s2 4p4, Te [Kr] 4d10 5s2 5p4, memiliki 6 elektron di kulit terluarnya. Setiap akan mengikat dua atom lain untuk memenuhi konfigurasi gas mulia dengan delapan elektron di kulit terluar masing- masing. Ikatan semacam ini dapat dipenuhi dengan membentuk molekul rantai spiral atau cincin di mana setiap atom berikatan dengan dua atom yang lain dengan sudut ikatan tertentu. Molekul rantai spiral atau cincin ini berikatan satu sama lain dengan ikatan sekunder yang lemah membentuk kristal. Contoh ikatan telurium yang membentuk spiral diberikan pada Gb 2.1 dibawah ini. Satu rantaian spiral ikatan Te bergabung dengan spiral Te yang lain membentuk kristal hexagonal.
 



                                                              

                          Rantai spiral Te                        Hexagonal
Gambar 2.3 Rantai spiral Te membentuk kristal hexagonal
Dalam oleum S, Se, dan Te larut memberikan larutan berwarna terang yang mengandung kation, di mana unsurnya berada dalam suatu keadaan oksidasi pecahan. Garam kation-kation ini yang mempunyai stoikiometri M42+, M82+, dan M162+ telah diperoleh dengan oksidasi selektif unsur-unsurnya dengan SbF5 atau AsF5 dalam cairan HF. Sebagai contoh,
S8 + 3SbF6 = S82+ + 2SbF6 + SbF3
atau dengan reaksi dalam lelehan AlCl3, misalnya,      
7Te + TeCl4 + 4AlCl3 = 2Te42+ + 4AlCl4
Ion-ion S42+, Se42+, dan Te42+ adalah segiempat dan kemungkinan ada suatu system enam  - elektron kuasai-aromatik.
1.7 Persenyawaan
Telurium memiliki kesamaan kimia dengan golongan unsur oksigen, sulfur, selenium, dan polonium yaitu sama-sama golongan kalkogen. Bentuk senyawanya mirip dengan sulfur dan selenium. Telurium memiliki bilangan oksidasi, +2, +4 dan +6, bilangan oksidasi yang umum +4. Contoh telurium yang memiliki bilangan oksidasi -2 adalah seng telurida (ZnTe) yang dibentuk melalui pemanasan Telurium dengan Seng .
Zn + Te → ZnTe
ZnTe dapat bereaksi dengan asam klorida menghasilkan hidrogen telurida (H2Te). Reaksinya yaitu:
ZnTe + 2 HCl → ZnCl2 + H2Te

Reaksi Telurium :
1.    Reaksi dengan Air (H2O)
Telurium dioksida bereaksi dengan air membentuk asam tellurous (H2TeO3).
           
          TeO2 + H2O → H2TeO3
Tellurium tidak bereaksi dengan air dalam keadaan di bawah normal
2.    Reaksi dengan Udara (O2)
Tellurium yang terbakar di udara membentuk dioxide tellurium(IV) oxide (tellurium dioksida).
Te(s) + O2(g)TeO2(s)
3.    Reaksi dengan Halogen
Telurium juga bereaksi dengan unsur-unsur halogen Fluorin, Khlorin, Bromin, dan Iodin (F, Cl, Br, dan I ) membentuk tetrahalida pada keadaan yang terkontrol. Reaksinya adalah:
·         Pada suhu optimum dan pada tabung yang tertutup, telurium bereaksi dengan Fluorin, Khlorin, Bromin, dan Iodin membentuk Telurium halida:
                  Te(s) + F2(g)TeF2(l)
                  Te(s) + Cl2(g)TeCl2(l)
                        Te(s) + Br2(g)TeBr2(l)
                  Te(s) + I2(g)TeI2(l)
·          Telurium bereaksi dengan gas fluorin pada  T 150 ° C membentuk Telurium heksaflorida:
Te(s) +3F2(g)TeF6(l)
·            Telurium bereaksi dengan unsur halogen membentuk tellurium tetrahalida:
                          Te(s) + 2F2(q)                         TeF4(s)
Te(s) + 2Cl2(q)                        TeCl4(s)
Te(s) + 2Br2(q)                        TeBr4(s)
Te(s) + 2I2(q)                          TeI4(s)
Tabel 2.4 Pembentukan Senyawa  Telurium dengan Halogen

MX6
MX4
MX2
Te
TeF6

TeF4
TeCl4
TeBr4
TeI4
TeF2
TeCl2
TeBr2
TeI2

1.8  Isolasi
Senyawa Telurium dijual secara komersial, akan tetapi biasanya unsur ini dibuat dengan mensintesis beberapa bijih tellurium dilaboratorium dimana tellurium ini merupakan hasil sampingan dari pemurnian tembaga. Sedangkan proses ekstraksinya dengan melibatkan reaksi oksidasi dari senyawa Natrium Karbonat. Reaksinya adalah :

Cu2Te + Na2CO3 + 2O2 → 2CuO + Na2TeO3 + CO2

Na2TeO3 diasamkan dengan asam sulfat dan telurium presipitat keluar sebagai TeO2. Telurium dipisahkan dengan melarutannya dalam NaOH (natrium hidroksida) dengan reaksi sebagai berikut:

TeO2 + 2NaOH → Na2TeO3 + H2O → Te + 2NaOH + O2
1.9                         Kegunaan
·       Telurium dapat memperbaiki kemampuan tembaga dan baja tahan karat untuk digunakan dalam permesinan.
·       Pada Timbal yang ditambahkan Telurium dapat mengurangi reaksi korosi oleh asam sulfat, dan juga memperbaiki kekuatan serta kekerasannya.
·       Digunakan sebagai  pelapis besi pada menara pendingin.
·       Telurium juga digunakan dalam campuran warna keramik.
1.10 Bahaya dan Penanganan
·      Telurium dan persenyawaannya kemungkinan bersifat racun dan harus ditangani dengan hati-hati. Paparan dengan telurium hanya diperbolehkan dengan konsentrasi rendah yakni 0.01 mg/m3, atau lebih rendah. Pada konsentrasi ini tellurium memiliki bau khas yang menyerupai bawang putih.
·      Senyawa telurium bersifat teratogenik yakni  dapat mempengaruhi kecacatan janin pada ibu yang sedang hamil akan tetapi senyawa ini masih jarang ditemui sehingga jarang terdapat kasus seperti itu.
·      Senyawa ini dapat diserap ke dalam tubuh melalui inhalasi dan akan menyebabkan bau nafas dan bau badan yang mengerikan.
·      Bila dipanaskan sampai dekomposisi, klorida telurium dapat memancarkan asap beracun dari tellurium.

2. Polonium (Po)
2.1 Sejarah
Polonium ditemukan di Pitchblende pada 1898 oleh Marie Curie seorang ahli kimia dari Perancis, dinamakan Polonium sebab berdasarkan negara asalnya yakni Polandia. Polonium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Po, nomor atom 84, dan termasuk kelompok metaloid yang memiliki sifat kimia mirip dengan Telurium dan Bismuth. Polonium merupakan unsur radioaktif yang terbentuk secara alami di kerak bumi dan merupakan elemen pertama yang ditemukan berdasarkan sifat radioaktifnya (Anynomous2, 2008).
               Pada tahun 1898 Pierre Curie (1859-1906) dan Marie Curie nee Sklodowska (1867-1934) menyelidiki bijih-bijih uranium dari Bohemia yang mengandung 75% uranium, dan mencatat bahwa senyawa ini memiliki radioaktivitas lebih tinggi dari pada uranium yang terisolasi. Jadi mereka menganggap bahwa itu berisi satu atau lebih elemen baru radioaktivitas yang tinggi. Pada Juli 1898 mereka membuat analisis lengkap dari bijih-bijih uranium, yang terbukti sangat kompleks, karena beberapa unsur yang terkandung. Dua fraksi telah meningkat radioaktivitas, salah satunya berisi garam dari Bismuth, garam lain Barium. Dari fraksi Bismut produk mereka terisolasi dengan radioaktivitas 400 kali lebih tinggi dari Uranium. Jadi mereka simpulkan bahwa kegiatan ini disebabkan oleh adanya garam dari beberapa logam diketahui sejauh ini. Mereka menamakannya Polonium untuk menghormati penduduk asli tanah's Marie (Lat. Polonia - Polska).
   Kemudian keberadaan Polonium dipertanyakan. Polonium dianggap bentuk radioaktif dan Friedrich O. Vikram menyebutnya Radiobismuth ("Radiowismuth", 1899). Pada tahun 1902 Willy Marckwald (1864 -) memverifikasi bijih-bijih uranium analisis dengan kuantitas besar mineral (sekitar 2 ton). Dia mengisolasi fraksi Bismut dan mendeteksi unsur baru didalamnya yang bernama Radiotellurium karena ini sangat radioaktif dan memiliki sifat yang mirip dengan Tellurium. Garam dari Radiotellurium adalah jutaan kali lebih aktif daripada Uranium dan 1000 lebih dari Polonium. Pada tahun 1889 Mendeleyev memprediksikan keberadaan suatu unsur dengan sifat tersebut dan pada tanggal diasumsikan posisinya dalam sistem periodik bernama DVI-telurium (Dt).
               Ernest Rutherford (1871-1937) kemudian mendirikan Radiotellurium adalah salah satu produk peluruhan radioaktif dari keluarga Uranium, dan itu bernama Radium-F (isotop yang paling stabil). Pada tahun 1905 menjadi jelas, bahwa Polonium, Radiotellurium dan Radium-F adalah satu elemen yang sama, memiliki alfa dan gamma/kisaran oleh emisi dan memiliki periode setengah hidup dari sekitar 140 hari.  
2.2 Sumber dan Kelimpahan Polonium
Polonium adalah unsur alam yang radioaktif dan sangat langka yang ditemukan dalam bijih Uranium. Polonium diproduksi sekitar 100 g tiap tahunnya. Polonium dapat dihasilkan dengan pengolahan bijih uranium atau mineral, dimana bijih uranium mengandung kurang dari 0,1 mg polonium-210 per ton. Awalnya, polonium-210 diperoleh dari biji yang kaya uranium dan ditemukan di Bohemia, tetapi juga dapat diperoleh dari garam radium yang mengandung sekitar 0,2 mg per gram radium (Cotton.2007: 363).   
            Untuk mendapatkan unsur ini, para ahli melakukan penembakan bismut alam (209Bi) dengan neutron, diperoleh 210Bi yang merupakan induk polonium. Sejumlah milligram polonium kini didapatkan dengan cara seperti ini, dengan menggunakan tembakan neutron berintensitas tinggi dalam reaktor nuklir. Reaksinya adalah:
                                                                209Bi+1n→210Po+ e-
Polonium ini dihasilkan selama peluruhan alami, dimana Uranium-238 dan
Polonium-210 secara luas didistribusikan dalam jumlah kecil di kerak bumi. Sebelum tahun 1944, Polonium belum diisolasi dalam bentuk murni atau dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu, setiap program yang melibatkan pemulihan, pemurnian, dan fabrikasi logam polonium dari berbagai sumber diperlukan pemahaman tentang sifat kimia, sifat fisika, dan metalurgi dari Polonium-210 (Cotton.2007: 363).   
Pada Februari 1949, operasi polonium dipindahkan dari Dayton untuk Mound (Moyer 1956) di atas. Saat ini, proses untuk memproduksi polonium-210 telah diputuskan. Polonium-210 akan diproduksi oleh transmutasi bismut dengan penembakan neutron.
Pada 1954, program Mound mulai menggunakan polonium-210 untuk mengubah energi nuklir menjadi energi listrik useable. Aplikasi energi nuklir, menggunakan prinsip termoelektrik, adalah menunjukkan bahwa tahun yang sama, dan pada bulan Februari, Mound menerima direktif untuk membuat sebuah model bertenaga listrik uap--tanaman polonium. Pada tahun 1956, sebuah desain konseptual untuk menghasilkan bahan bakar boiler merkuri dengan polonium digambarkan. Po dapat dipisahkan dengan penyubliman pada pemanasan.

2.3 Karakteristik Polonium
Polonium berwarna putih perak mengkilap setengah logam, memiliki sifat kimia yang  berkaitan dengan telurium dan bismut. Senyawa yang tidak memiliki bau dan rasa ini sangat radioaktif dan sangat beracun. Sifat kimiawinya mirip dengan Te namun dalam beberapa hal lebih “mirip logam”. Dalam keadaan gelap polonium memancarkan cahaya kebiruan karena intensitas radiasi alfa merangsang gas di udara. Polonium dengan isotop 210 memiliki titik cair yang rendah, mudah menguap dimana 50% polonium menguap di udara dalam 45 jam (kecuali dalam wadah yang tertutup) pada suhu 55oC. Merupakan pemancar alpha dengan masa paruh waktu 138.39 hari. Satu milligram polonium memancarkan partikel alfa seperti halnya 5 gram radium ( Achmad, 2001:195).
Energi yang dilepaskan dengan pancarannya sangat besar (140 W/gram); dengan sebuah kapsul yang mengandung setengah gram polonium mencapai suhu di atas 500oC. Kapsul ini juga menghasilkan sinar gamma dengan kecepatan dosisnya 0.012 Gy/jam. Sejumlah curie (1 curie = 3.7 x 1010Bq) polonium mengeluarkan kilau biru yang disebabkan eksitasi di sekitar gas.
Polonium mudah larut dalam asam encer, tapi hanya sedikit larut dalam basa. Garam polonium dari asam organik terbakar dengan cepat, selain itu halida amina dapat mereduksinya menjadi logam.

2.4 Sifat Kimia dan Fisika

images

Tabel 2.3 Beberapa Sifat Fisika Polonium
Simbol
:
Po
Volume Atom
:
22.7 cm3/mol
Massa Atom
:
210
Titik Didih
:
962 oC
Struktur Kristal
:
Monoclinic
Warna
:
Putih perak mengkilap
                                                   






Selain beberapa sifat di atas, beberapa sifat lain dari Polonium adalah:

Tabel 2.4. Sifat Polonium
Massa Jenis
:
9.4 g/cm3
Konduktivitas Listrik
:
0.7 x 106 ohm-1cm-1
Elektronegativitas
:
2,0
Konfigurasi Elektron
:
[Xe]4f14 5d10 6s26p4
Bilangan Oksidasi
:
+2, +4 dan +6
Konduktivitas Panas
:
20 Wm-1K-1
Potensial Ionisasi
:
8.42 V
Titik Lebur
:
254 0 C, 527 K






Polonium terbukti mempunyai perilaku kationik, namun terdapat perubahan yang nyata dalam sifat-sifatnya dengan kenaikan ukuran dan penurunan keelektronegatifan, seperti:
a)    Penurunan stabilitas hidrida H2X
b)    Kenaikan sifat logam dari unsur-unsurnya sendiri
c)    Kenaikan kecenderungan untuk membentuk kompleks anionik seperti SeBr62-,  TeBr62-, PoI62-
2.5 Persenyawaan Polonium
1.    Reaksi dengan Air
          Polonium tidak bisa bereaksi dengan air
2.    Reaksi dengan Udara
          Polonium terbakar dalam udara dan menghasilkan Polonium(IV) dioksida
Po(s) + O2(g)arrowPoO2(s)
3.    Reaksi dengan Halogen
Pada keadaan tertentu, polonium akan bereaksi dengan klorin, bromine dan iodine untuk membentuk tetrahalida.
Po(s) + 2Cl2(g)arrowPoCl4(s)
Po(s) + 2Br2(g)arrowPoBr4(s)
Po(s) + 2I2(g)arrowPoI4(s)


Tabel 2.5 Pembentukan Senyawa Halogen

MX4
MX2
Po
PoCl4
PoBr4
PoI4
PoCl2
PoBr2
(PoI2)






4.    Reaksi dengan Asam
Polonium akan larut dalam larutan asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat  membentuk larutan yang mengandung Po(II). 

2.6 Isotop         
Ada 25 isotop polonium yang telah diketahui, dengan massa atom berkisar antara 192 – 218. Semua isotopnya bersifat radioaktif, akan tetapi hanya tiga isotop yang memiliki waktu paruh yang cukup yakni polonium-218, polonium-209 dan polonium210 . Polonium-210 (α, 138,4d) adalah yang paling banyak tersedia, dimana secara historis disebut “radium-F” yang merupakan isotop alami dan banyak digunakan. Waktu paruhnya adalah 138 hari. Selain itu Polonium-210 dapat dibuat dalam jumlah gram dengan radiasi Bi dalam reactor nuklir (Cotton.2007: 363) :   

209Bi(n, γ)210Bi          β-          210Po

          Isotop dengan massa 209 (masa paruh waktu 103 tahun) dan massa 208(masa paruh waktu 2.9 tahun) bisa didapatkan dengan menembakkan alfa, proton, atau neutron pada timbal atau bismut dalam siklotron, tapi proses ini terlalu mahal sehingga para ilmuwan jarang melakukan penelitian ini.

2.7 Kegunaan Polonium
·      Karena kebanyakan radiasi alfa dihentikan di sekitar bahan padat sedangkan wadahnya melepaskan energinya, sehingga polonium menarik perhatian untuk digunakan sebagai sumber panas yang ringan sebagai sumber energi termoelektrik pada satelit angkasa.
·      Polonium dapat dicampur atau dibentuk alloy dengan berilium untuk menghasilkan sumber neutron. Unsur ini telah digunakan dalam peralatan untuk menghilangkan muatan statis dalam pemintalan tekstil dan lain-lain. Namun sumber beta termasuk yang paling sering digunakan karena tingkat bahayanya yang lebih rendah. Polonium yang digunakan untuk tujuan ini harus tersegel dan terkontrol, sebab untuk mengurangi bahaya terhadap pengguna.
·      Polonium terdapat dalam mineral Uranium dan Tellurium sebagai produk rangkaian peluruhan radioaktif.

2.8 Bahaya dan penanganan
·      Rusaknya jaringan makhluk hidup karena penyerapan energi partikel alfa. Dalam hal ini Polonium-210 sangat berbahaya untuk ditangani meski hanya sejumlah milligram atau mikrogram. Sehingga diperlukan peralatan khusus dan kontrol yang ketat untuk menanganinya.
·      Batas penyerapan polonium maksimum lewat jalan pernafasan yang masih diizinkan hanya 0.03 mikrocurie, yang sebanding dengan berat hanya 6.8 x 10-12 gram. Tingkat toksisitas polonium ini sekitar 2.5 x 1011 kali dari pada asam sianida. Sedangkan konsentrasi senyawa polonium yang terlarut yang masih diizinkan adalah maksimal 2 x 10-11 mikrocurie/cm3.

3.Ununheksium (Uuh)
3.1                        Sejarah
Pada tahun 2000, peneliti asal Rusia berhasil menghasilkan sejumlah senyawa kecil yakni ununheksium dengan memborbardir senyawa kalsium dan kurium. Dan sejak itulah ununheksium dikenal pertama kalinya. Awalnya, para ilmuwan di Lawrence Berkeley National Laboratory mengklaim bahwa mereka telah mengidentifikasi ununhexium (289Uuh), bersama dengan ununoctium (293Uuo) tetapi pernyataan ini kemudian ditarik kembali . Peneliti di Dubna, Rusia telah berhasil mengulangi percobaan asli mereka dan juga mengidentifikasi beberapa isotop baru ununhexium pada tahun 2001 yang disebut "elemen super berat" pada bagian akhir tabel periodik yang cukup menarik untuk beberapa peneliti. Akan tetapi hanya beberapa ilmuwan yang tertarik dengan penelitian ini (Anynomous3, 2008 )
Ununheksium adalah nama sementara unsur kimia dikonfirmasi dalam tabel periodik yang memiliki simbol Uuh sementara dan memiliki nomor atom 116. Pada tanggal 1 Desember 2011, nama Livermorium adalah nama dari unsur kimia dengan simbol Lv (nama sebelum Ununheksium dan nomor atom 116) diambil dari proses persetujuan nama dalam IUPAC.
Hal ini ditempatkan sebagai anggota terberat kelompok 6 A (VIA) meskipun isotopnya tidak cukup stabil, bahkan sampai saat ini belum diketahui percobaan kimia yang memungkinkan untuk mengkonfirmasi posisinya sebagai homolog berat untuk polonium. Hal Ini pertama kali dideteksi pada tahun 2000 dan sejak ditemukannya unsure tersebut, sekitar 35 atom ununheksium telah diproduksi, baik secara langsung maupun sebagai produk pembusukan ununoktium. Berkaitan dengan peluruhan dari isotop tetangga dengan massa 290-293. Isotop yang paling stabil sampai saat ini adalah ununheksium-293 dengan waktu paruh lebih dari ~ 61 ms.

3.2     Sumber , Kelimpahan dan Isolasi
Unsur Ununheksium ini tidak ditemukan di bumi secara bebas, selain itu unsur ini termasuk unsur radioaktif dengan waktu paruh lebih pendek dari bumi. Sehingga atom-atom dari unsur-unsur ini jika terdapat di bumi, maka telah  terjadi peluruhan. Unsur-unsur transuranium yang ditemukan dibumi yang sekarang ini merupakan hasil sintesis melalui reaktor nuklir atau pemerceat partikel.
Elemen ini tidak dapat diamati di alam secara bebas.  ilmuwan yang ingin belajar harus mensintesis dalam sebuah laboratorium. Proses sintesisnya yang mahal membuat ununheksium tidak mungkin diproduksi secara komersil. Tampilan pertama ununheksium di laboratorium terjadi pada tahun 2000, ketika para peneliti Rusia berhasil menghasilkan sejumlah kecil dengan membombardir kalsium dengan Kurium. Reaksinya adalah :

24896 Cm + 4820 Ca à292116 Lv + 4n


3.3 karakteristik Ununheksium
Ununhexium adalah suatu unsur kimia yang diduga logam di alam, seperti halnya pada sifat unsur-unsur logam dalam kelompok miskin di tabel periodik. Hal ini juga diklasifikasikan sebagai elemen transactinide, artinya memiliki nomor atom yang sangat tinggi, sehingga menempatkannya di antara unsur-unsur terberat yang dikenal manusia.
Seperti transactinide lain, ununhexium sangat tidak stabil, yang ada hanya beberapa detik pada suatu waktu sebelum meluruh ke dalam bentuk elemen yang lebih stabil dan Ununheksium juga radioaktif. Kedua sifat ini membuat Ununheksium sangat menantang untuk dipelajari. Peralatan yang sangat tepat dan canggih secara ilmiah diperlukan ketika mempelajari unsur-unsur transactinide. Karena banyak unsur yang digunakan untuk mensintesis unsur transactinide yang juga radioaktif, sehingga akses ke fasilitas tempat sintesis tersebut dilakukan cenderung dikontrol ketat. Unsur ini kadang-kadang dikenal sebagai "polonium eka-" sebab tidak memiliki nama resmi, namun pada tahun 2008 diberi nama "ununhexium" yang merupakan nama unsur sistematis yang diterapkan oleh Uni Internasional Kimia Murni dan Terapan. Nama-nama ini digunakan untuk memastikan bahwa para ilmuwan mengacu pada unsur-unsur secara sistematis sebelum mereka secara resmi diberi nama. Nama suatu unsur biasanya disarankan oleh laboratorium yang menemukan, dan itu dapat mengambil beberapa dekade untuk mengkonfirmasi penemuan dan menentukan siapa yang mendapatkan penamaan kehormatan. Nama unsur sistematik referensi nomor atom dari unsur-unsur mereka menggambarkan; ununhexium adalah elemen 116, dan ununhex berarti "satu satu enam" dalam bahasa Latin. Untuk saat ini, ununhexium dikenal sebagai "Uuh" pada tabel periodik.

3.4     Sifat Fisika dan Kimia
        Sampai saat ini belum diketahui sifat kimia dan fisika secara lengkap dari unsur Ununheksium ini, karena penggunaanya yang terbatas pada kepentingan penelitian, sekaligus sifatnya yang radioaktif dan sangat stabil.

      
                        Nama                                       :  Ununheksium
                        Lambang                                 : Uuh
                        Nomor atom                            : 116   
                        Deret Kimia                             :  Kimia Miskin
                        Golongan, periode, blok          :  16, 7, p
Konfigurasi elektron                : [Rn] 5f14 6d10 7s2 7p4
Jumlah elektron tiap kulit        : 2, 8, 18, 32, 32, 18, 6
Bilangan oksidasi                    : 2, 4
Jari-jari kovalen                       : 175 pm

   Ununheksium memiliki 4 isotop yang diketahui setengah hidup, dengan nomor massa antara 290 - 293. Tidak ada yang stabil (isotop yang paling stabil adalah 293 Uut, dengan waktu paruh dari 61 ms).

Tabel 2.6. penentuan waktu paruh
Isotop
Waktu Paruh
293 Uuh
61 ms
292 Uuh
18 ms
291 Uuh
18 ms
290 Uuh
7,1 ms


3.5     Bahaya dan Kegunaan
          Berdasarkan literatur yang di dapat, ununheksium tidak mempunyai aplikasi, karena senyawanya yang tidak terdapat di alam secara bebas. Untuk mengetahuinya pun harus mensintesis di laboratorium. Selain itu, ununheksium merupakan unsur sintesis dengan waktu paruh yang sangat cepat sehingga tidak stabil, setiap jumlah unsur yang terbentuk akan terurai menjadi unsur-unsur lain dengan cepat. Namun, kemungkinan besar unsur ini berbahaya karena radioaktivitasnya (Anynomous3, 2008 ).


s























DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Anynomous1, 2008, http://www.chem-is- try.org/tabel_periodik/telurium/, diakses tanggal 8 Maret 2013.
Anynomous2, 2008, http://www.chem-is- try.org/tabel_periodik/ polonium /, diakses tanggal 8 Maret 2013.
Anynomous3, 2008, http://www.chem-is-try.org/tabel periodik/ununhexium/, diakses tanggal 8 Maret 2013.
Anynomous4,2010,http://www.Media Belajar Online. Unsur metalloid.Blogspot.com/2013/01 Unsur metalloid. (diakses pada Maret 9 2013).
Cotton,F.A, Wilkinson, G. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.
Keenan Charles W, Kleinfelter Donald C, Wood Jesse H. 1992. Ilmu Kimia Untuk Universitas edisi keenam jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Lestari Sri S.T. 2004. Mengurai Sususnan Periodik Unsur Kimia. Jakarta: Kawan Pustaka